Sunday 28 September 2014

Kupas tuntas Tehnik Jari Tauhid dalam ruqyah


                                                              Tehnik Jari Tauhid

Tehnik ini dikembangkan oleh Ustadz Muhammad Faizar (Founder Ruqyah Metode Arsyada Asy syifa )

GERAKAN JARI TELUNJUK DI DALAM MERUQYAH
Belajar dari ustad Muhammad Faizar
‘Abdullah bin ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa
‘Abdurrazzaaq rahimahullah berkata :
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ التَّمِيمِيِّ، قَالَ: " سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ، عَنْ تَحْرِيكِ الرَّجُلِ إِصْبَعَهُ فِي الصَّلاةِ، فَقَالَ: ذَلِكَ الإِخْلاصُ "
Dari Ats-Tsauriy, dari Abu Ishaaq, dari At-Tamiimiy, ia berkata : Ibnu ‘Abbaas pernah ditanya tentang seseorang yang menggerak-gerakkan jarinya ketika shalat, lalu ia menjawab : “Itu adalah keikhlasan” [Al-Mushannaf, no. 3244; sanadnya shahih].
‘Abdurrazzaaq mempunyai mutaabi’ dari :
1. Wakii bin Al-Jarraah rahimahullah.
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ التَّمِيمِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " هُوَ الْإِخْلَاصُ يَعْنِي الدُّعَاءَ بِالْإِصْبَعِ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Sufyaan, dari Abu Ishaaq, dari Tamiimiy, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Itu adalah keikhlasan” – yaitu doa dengan jari” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/484 no. 8515; sanadnya shahih].
2. ‘Abdullah bin Al-Waliid rahimahullah.
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا أَبُو النَّصْرِ الْعِرَاقِيُّ، ثنا سُفْيَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ سُفْيَانَ، فَذَكَرَهُنَّ (ورَوَاهُ الثَّوْرِيُّ فِي الْجَامِعِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ التَّمِيمِيِّ وَهُوَ أَرْبَدَةُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " هُوَ الإِخْلاصُ ")
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami Abun-Nashr Al-‘Iraaqiy : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Waliid, dari Sufyaan, lalu ia menyebutkannya (yaitu riwayat Ats-Tsauriy dalam Al-Jaami’, dari Abu Ishaaq, dari At-Tamiimiy – ia adalah Arbadah - , dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Itu adalah keikhlasan”) [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 2/133 no. 2795; sanadnya dla’iif, karena kemajhulan Abun-Nashr Al-‘Iraaqiy dan Sufyaan bin Muhammad].
Sufyaan mempunyai mutaabi’ dari :
1. Syu’bah rahimahullah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَاقَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَجُلًا مِنْ بَنِي تَمِيمٍ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ قَوْلِ الرَّجُلِ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا يَعْنِي فِي الصَّلَاةِ، قَالَ: " ذَاكَ الْإِخْلَاصُ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata : Aku mendengar Abu Ishaaq menceritakan bahwasannya ia mendengar seorang laki-laki dari Bani Tamiim yang berkata : Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Abbaas tentang doa seseorang dengan jarinya begini – yaitu dalam shalat - . Ia berkata : “Itu merupakan keikhlasan” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/57; sanadnya shahih].
2. Al-A’masy rahimahullah.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، ثنا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْعَيْزَارِ، قَالَ: سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ الرَّجُلِ يَدْعُويُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: " هُوَ الإِخْلاصُ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail, dari Al-A’masy, dari Abu Ishaaq, dari Al-‘Aizaar, ia berkara : Ibnu ‘Abbaas pernah ditanya tentang seseorang yang berdoa dengan berisyarat dengan jarinya, maka ia menjawab : “Itu adalah keikhlasan” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 2/133 no. 2794; sanadnya dla’iif, karena ‘an’anah Al-A’masy dan kelemahan Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar Al-‘Uthaaridiy].
Penyebutan Al-‘Aizaar dalam sanad di atas keliru, karena yang benar – wallaahu a’lam– adalah Arbadah At-Tamiimiy sebagaimana riwayat sebelumnya. Kekeliruan ini kemungkinan besar berasal dari Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar.
Ibnul-Mundzir rahimahullah berkata :
وَقَدْ رُوِّينَا، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ: تَحْرِيكُ الرَّجُلِ أُصْبُعَهُ فِي الصَّلاةِ، قَالَ: " ذَاكَ الإِخْلاصُ "
“Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Ibnu ‘Abbaas, bahwasannya ia berkata : “Seseorang menggerak-gerakkan jarinya ketika shalat, itu merupakan keikhlasan” [Al-Ausath, no. 1535].
Mujaahid bin Jabr Al-Makkiy rahimahullah
‘Abdurrazzaaq rahimahullah berkata :
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الأَسْوَدِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قال: " تَحْرِيكُ الرَّجُلِ إِصْبَعَهُ فِي الصَّلاةِ مُقْمِعَةٌ لِلشَّيْطَانِ "
Dari Ats-Tsauriy, dari ‘Utsmaan bin Al-Aswad, dari Mujaahid, ia berkata : “Seseorang yang menggerak-gerakkan jarinya ketika shalat adalah alat pemukul buat setan” [Al-Mushannafno. 3245; sanadnya shahih].
Ats-Tsauriy mempunyai mutaabi’ dari Hafsh bin Ghiyaats rahimahumallah.
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّهُ قَالَ: " الدُّعَاءُ هَكَذَا، وَأَشَارَ بِإِصْبَعٍ وَاحِدَةٍ، مَقْمَعَةٌ لِلشَّيْطَانِ "
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari ‘Utsmaan bin Al-Aswad, dari Mujaahid, bahwasannya ia berkata : “Berdoa dengan cara begini – dan ia berisyarat dengan satu jarinya – adalah alat pemukul buat setan” [Al-Mushannaf, 2/484].
Dibawakan juga oleh Al-Baihaqiy rahimahullah, dimana ia berkata :
وَرُوِّينَا عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّهُ قَالَ: تَحْرِيكُ الرَّجُلِ أُصْبُعَهُ فِي الْجُلُوسِ فِي الصَّلاةِ مُقْمِعَةٌ لِلشَّيْطَانِ
“Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Mujaahid, bahwasannya ia berkata : “Seseorang yang menggerak-gerakkan jarinya ketika duduk dalam shalat merupakan alat pemukul buat setan” [Al-Kubraa, 2/132].
Komentar :
Riwayat Ibnu ‘Abbaas dan Mujaahid ini menunjukkan bahwa menggerak-gerakkan jari (tahriik) saat tasyahud dalam shalat telah dilakukan oleh salaf kita. Selain itu, riwayat di atas juga memberikan faedah bahwa lafadh isyarat (dengan jari) tidaklah bertentangan dengan lafah tahriik (menggerak-gerakkan), sebab jalan-jalan riwayat di atas saling menafsirkan. Tahriik merupakan lafadh yang lebih khusus daripada isyarat.
Berikut beberapa hadits yang menjelaskan pemahaman tersebut :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ الْمَسْعُودِيِّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ، قَالَ: صَلَّى بِنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فَلَمَّا صَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَامَ وَلَمْ يَجْلِسْ فَسَبَّحَ بِهِ مَنْ خَلْفَهُ، فَأَشَارَ إِلَيْهِمْ أَنْ قُومُوا، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ سَلَّمَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ: هَكَذَا صَنَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdirrahmaan : Telah mengkhabarkan kepada kami Yaziid bin Haaruun, dari Al-Mas’uudiy, dari Ziyaad bin ‘Alaaqah, ia berkata : Al-Mughiirah bin Syu’bah pernah shalat bersama kami. Ketika telah mendapatkan dua raka’at, ia berdiri tanpa duduk (tasyahud). Orang-orang di belakangnya mengucapkantasbih (untuk mengingatkannya). Namun ia berisyarat kepada mereka agar berdiri. Ketika menyelesaikan shalatnya, ia mengucapkan salam, lalu sujud sahwi dua raka’at, lalu salam lagi. Ia berkata : ‘Beginilah yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 333; dan ia berkata : “Hasan shahih”].
Isyarat Al-Mughiirah ini dipahami sambil menggerak-gerakkan tangannya agar orang-orang bangkit berdiri.
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ، قَالَ: " رَأَيْتُنِي أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَتَمَاشَى، فَأَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ خَلْفَ حَائِطٍ، فَقَامَ كَمَا يَقُومُ أَحَدُكُمْ فَبَالَ، فَانْتَبَذْتُ مِنْهُ، فَأَشَارَ إِلَيَّ فَجِئْتُهُ، فَقُمْتُ عِنْدَ عَقِبِهِ حَتَّى فَرَغَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Abi Syaibah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Abu Waail, dari Hudzaifah, ia berkata : “Aku berjalan-jalan bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mendatangi tempat sampah suatu kaum yang ada di belakang tembok. Beliau berdiri sebagaimana berdirinya salah seorang di antara kalian, dan kemudian kencing. Lalu aku menjauh dari beliau, namun beliau berisyarat agar aku mendekat. Aku pun mendekat dan berdiri di belakang beliau hingga beliau selesai” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 225].
Isyarat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Hudzaifah ini dipahami dengan menggerak-gerakkan tangan beliau agar ia mendekat.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي حَازِمِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، " أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ إِلَى بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمْ، فَحَانَتِ الصَّلَاةُ فَجَاءَ الْمُؤَذِّنُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَ: أَتُصَلِّي لِلنَّاسِ فَأُقِيمَ، قَالَ: نَعَمْ، فَصَلَّى أَبُو بَكْرٍ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ فِي الصَّلَاةِ فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِي الصَّفِّ، فَصَفَّقَ النَّاسُ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ لَا يَلْتَفِتُ فِي صَلَاتِهِ، فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ التَّصْفِيقَ الْتَفَتَ فَرَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِ امْكُثْ مَكَانَكَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yuusuf, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Abu Haazim bin Diinaar, dari Sahl bin Sa’d As-Saa’idiy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pergi menemui Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di antara mereka. Tiba lah waktu shalat. Lalu seorang muadzdzin menemui Abu Bakr dan berkata : “Apakah engkau akan mengimami shalat orang-orang sehingga aku bacakan iqamatnya ?”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Abu Bakr shalat. Kemudian datanglah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang waktu itu orang-orang masih dalam keadaan shalat. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bergabung masuk ke dalam shaff. Orang-orang bertepuk tangan, dan Abu Bakr tidak menoleh dalam shalatnya. Ketika banyak orang yang bertepuk tangan, maka ia pun menoleh dan melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berisyaratkepadanya agar ia tetap ada di tempatnya (sebagai imam)...” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 684].
Isyarat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas dipahami dengan menggerak-gerakkan tangannya (agar Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu ada di tempatnya).
Jika demikian, sama halnya dengan hadits tahriik yang diriwayatkan oleh Waail bin Hujr dari jalan Zaaidah bin Qudaamah rahimahullah :
أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ، قَالَ: أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ زَائِدَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ،: قُلْتُ: لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي؟ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَوَصَفَ، قَالَ: ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى، وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً، ثُمَّ رَفَعَ أُصْبُعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا "
Telah mengkhabarkan kepada kami kami Suwaid bin Nashr, ia berkata : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mubaarak, dari Zaaidah bin Qudaamah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Aashim bin Kulaib, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahku : Bahwasannya Waail bin Hujr berkata : Sungguh aku akan melihat shalat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana beliau shalat ?. Aku pun melihat beliau – lalu ia (Waail) menyifatkannya - : “Kemudian beliau duduk dengan membentangkan kaki kirinya, meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut sebelah kiri. Lalu meletakkan siku kanannya di atas paha kanan, kemudian menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran, kemudian mengangkat jarinya, dan aku melihat beliaumenggerak-gerakkannya dan berdoa dengannya” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1268 secara ringkas dengan sanad shahih].
Diriwayatkan dari beberapa jalan yang semuanya berasal dari Zaaidah bin Qudaamahrahimahullah.
Sebagian ulama mengatakan bahwa tambahan lafadh : ‘menggerak-gerakkannya dan berdoa dengannya’ adalah tambahan yang syaadz, karena menyelisihi banyak perawi, dimana mereka semua tidak menyebutkan tambahan tersebut[1]. Secara ringkas ta’liltersebut dijawab sebagai berikut :
1. Tambahan itu dibawakan oleh Zaaidah bin Qudaamah Ats-Tsaqafiy, Abush-Shalt Al-Kuufiy (زائدة بن قدامة الثقفي ، أبو الصلت الكوفي); seorang yang tsiqah, tsabat, shaahibus-sunnah. Termasuk thabaqah ke-7, dan wafat tahun 160 H atau setelahnya. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 333 no. 1993].
Tautsiq ini termasuk jenis tautsiq dalam martabat yang tinggi dalam jarh wa ta’dil. Abu Haatim dan Al-‘Ijliy berkata : “Tsiqah, shaahibus-sunnah”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat dan berkata : “Termasuk di antara huffaadh yangmutqin”. Abu Zur’ah, An-Nasaa’iy, Ibnu Ma’iin, Al-Fasawiy, dan Ya’quub bin Syaibah berkata : “Tsiqah”. Abu ‘Abdillah Al-Haakim berkata : ‘Tsiqah ma’muun”. Ahmad bin Hanbal berkata : “Termasuk di antara orang-orang yang tsabt dalam hadits”. Ad-Daaruquthniy berkata : “Termasuk di antara para imam yang tsabt”. Hammad bin Usaamah berkata : “Ia adalah orang yang yang paling jujur dan paling baik”. Ibnu Sa’d berkata : “Tsiqah ma’muun, shaahibus-sunnah”. Adz-Dzuhliy berkata : “Tsiqah lagihaafidh’.
Termasuk syarat diterimanya ziyaadah adalah sifat tsiqah dan dlabth yang dimiliki oleh perawi. Persyaratan ini dimiliki oleh Zaaidah.
2. Ziyaadah (tahriik) ini tidaklah bertentang dan menafikkan riwayat jumhur yang menyebutkan dengan lafadh isyarat. Dan ini telah lewat pembahasannya di atas. Ibnu Shalah telah menjelaskan pembagian jenis-jenis ziyaadats-tsiqaat ini dalam kitab‘Ulumul-Hadiits[2] hal. 77-78.
3. Jika dikatakan bahwa ziyaadah ini syaadz karena men-taqyiid kemutlakan lafadhisyarat; maka pendapat yang raajih, sifat ziyaadah seperti ini diterima. Ini adalah madzhab beberapa ulama mutaqaddimiin. Berikut contohnya :
وحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: " طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ، إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ، أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ، أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ "
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Ibraahiim, dari Hisyaam bin Hassaan, dari Muhammad bin Siiriin, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :“Sucinya bejana salah seorang di antara kalian jika dijilat anjing adalah dicuci sebanyak tujuh kali dan awalnya dengan tanah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 279].
Muhammad bin Siiriin menyelisihi ashhaab Abu Hurairah dengan menyebutkan tambahan lafadh ‘dan awalnya dengan tanah’. Abu Daawud berkata :
وَأَمَّا أَبُو صَالِحٍ، وَأَبُو رَزِينٍ، وَالْأَعْرَجُ، وَثَابِتٌ الْأَحْنَفُ، وَهَمَّامُ بْنُ مُنَبِّهٍ، وَأَبُو السُّدِّيِّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، رَوَوْهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَلَمْ يَذْكُرُوا التُّرَابَ
“Adapun Abu Shaalih, Abu Raziin, Al-A’raj, Tsaabit Al-Ahnaf, Hammaam bin Munabbih, dan Abus-Suddiy ‘Abdurrahmaan meriwayatkan dari Abu Hurairah tanpa menyebutkan : ‘(mencucinya dengan) tanah’ [As-Sunan no. 73].
Tambahan yang dibawakan Ibnu Siiriin ini juga dishahihkan Ad-Daaruquthniy dalamSunan-nya. Tambahan ini mengkonsekuensikan pentaqyidan lafadh mutlak mencuci sebanyak tujuh kali – yaitu awalnya dengan tanah.
Contoh lain :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم " فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِينَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yuusuf : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa : Bahwasannya Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa salam telah mewajibkan zakat fithr di bulan Ramadlaan kepada setiap orang baik yang merdeka, budak, laki-laki, ataupun perempuan dari kalangan kaum muslimin [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1504].
Maalik bin Anas meriwayatkan tambahan ‘dari kalangan kaum muslimin’ dimana ia menyelisihi ashhaab Naafi’ yang lain. At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
وَرَوَى مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم نَحْوَ حَدِيثِ أَيُّوبَ، وَزَادَ فِيهِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَرَوَاهُ غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ نَافِعٍ، وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي هَذَا، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: إِذَا كَانَ لِلرَّجُلِ عَبِيدٌ غَيْرُ مُسْلِمِينَ لَمْ يُؤَدِّ عَنْهُمْ صَدَقَةَ الْفِطْرِ، وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ، وقَالَ بَعْضُهُمْ: يُؤَدِّي عَنْهُمْ وَإِنْ كَانُوا غَيْرَ مُسْلِمِينَ، وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ، وَابْنِ الْمُبَارَكِ، وَإِسْحَاق
“Dan telah diriwayatkan oleh Maalik, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam semisal hadits Ayyuub, dan ditambahan padanya lafadh : ‘minal-muslimiin (dari kalangan kaum muslimin)’. Dan telah diriwayatkan lebih dari seorang dari Naafi’ tanpa menyebutkan padanya lafadh : minal-muslimiin. Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian di antara mereka berkata : Jika seseorang memiliki budak-budak non muslim (kafir), maka tidak wajib baginya membayar zakat fithri. Ini adalah pendapat Maalik, Asy-Syaafi'iy, dan Ahmad. Dan sebagian yang lain berkata : Wajib bagi seseorang membayar zakat fithri budak-budak mereka walaupun mereka dari kalangan non muslim. Ini adalah pendapat Ats Tsauriy, Ibnul-Mubaarak, dan Ishaaq” [As-Sunan no. 676].
Perkataan At-Tirmidziy rahimahullah tersebut di atas memberikan satu faedah bahwaziyaadah lafadh ‘minal-muslimiin’ itu memberikan taqyiid atas kemutlakan perintah membayar zakat sehingga menghasilkan kesimpulan hukum tersendiri sebagaimana dijelaskan para ulama kita.
Ringkas kata, amalan tahriik ketika tasyahud dalam shalat adalah shahih ternukil dari salaf, dan juga dari sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Ini saja yang dapat dituliskan, semoga ada manfaatnya. Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – perum ciper, ciapus, ciomas, bogor - dikoreksi tanggal 24-02-2012 pukul 23:12 WIB].
NB : Pembahasan tentang ziyaadatuts-tsiqaat tidaklah sesederhana yang terkemas dalam pembahasan ini. Ada perbedaan pendapat di sana, baik dari kalangan mutaqaddimiinmaupun muta’akhkhiriin, muhadditsiin maupun fuqahaa’. Di antara referensi yang dapat dibaca dalam permasalahan ini antara lain :
1. Al-Bisyaarah fii Syudzuudzi Tahriikil-Ushbu’ fit-Tasyahhud wa Tsubuutil-Isyaarah karya Abul-Mundzir Ahmad bin Sa’iid Al-Yamaaniy (taqdiim : Muqbil bin Hadiy Al-Wadii’iy).
2. Raf’ul-Malaam ‘an Man Harraka Ashba’ahu minat-Tahiyyaati ilas-Salaam, wa Ma’ahu Ar-Radd ‘alaa Risaalah : Al-Bisyaarah karya Abu Asmaa’ Al-Mishriy (taqdiim : Masyhur Hasan Salmaan & ‘Aliy Al-Halabiy).
3. Al-Aqwaalur-Raajihaat fil-Hadiits Asy-Syaadz wa Ziyaadatits-Tsiqaat karya Abu Hurairah Asy-Syaamiy Al-Atsariy (taqdiim : Majdiy bin Muhammad ‘Arafaat Al-Mishriy).
4. Ziyaadatuts-Tsiqaat wa Mauqiful-Muhadditsiin wal-Fuqahaa’ minhaa oleh Nuurullah Syaukat (desertasi S3 Univ. Ummul-Qurra’).
[1] Bisa dibaca dalam kitab Al-Bisyaarah fii Syudzuudzi Tahriikil-Ushbu’ fit-Tasyahhud wa Tsubuutil-Isyaarah karya Abul-Mundzir Ahmad bin Sa’iid Al-Yamaaniy.
[2] Melalui perantaraan kitab Ziyaadatuts-Tsiqaat wa Mauqiful-Muhadditsiin wal-Fuqahaa’ minhaa oleh Nuurullah Syaukat, 1/103-104.
_______________________________________
Bahasan II  (disarikan dari tulisan ust. Perdana akhmad)
fenomena kerasukan jin, sakit yang terdiagnosa medis marak terjadi di masyarakat kita. Berbagai usaha untuk menyembuhkan dari mulai pergi ke spesialis dokter sampai ke dukun pun dilakoni. Namun bukan kesehatan dan kesembuhan yang didapat tapi justru makin bertambah parah.
Akhirnya ruqyah cara pengobatan ala Nabi pun menjadi satu-satunya jalan pada kesembuhan. Ruqyah adalah tehnik cara penyembuhan yang diajarkan oleh Nabi Muhammas Saw dengan memusatkan konsentrasi kembali taat pada Allah saja. Itu dapat dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an atau doa-doa yang sudah diajarkan oleh Nabi Saw.
Makin maraknya cara pengobatan ini, hingga para ahli ruqyahpun dengan bermodal pengalaman mendapatkan beberapa tehnik ruqyah yang sudah dibuktikan keampuhannya dalam mengusir jin setan yang menjadi musuh Allah. Salah satunya adalah tehnik jari tauhid yang terinspirasi dari isyarat telunjuk saat tasyahud dalam Sholat.
Tehnik jari tauhid adalah dengan menunjuk pasien tanpa menyentuh pasien, tehnik ini sudah dibuktikan efektifitasnya dan khasiatnya dalam terapi ruqyah, beragam jin teler dan takluk ketika menunjuk jin yang lagi mengganggu pasien sembari membaca ayat-ayat ruqyah. Selain itu beragam penyakit sembuh dengan izin Allah dengan menunjuk lokasi sakit dengan jari telunjuk (terutama pasien akhwat yang lokasi sakitnya ditempat yang tidak mungkin disentuh).
Pada hakikatnya dalam islam isyaroh (isyarat) dengan menggunakan tangan banyak dilakukan, seperti dalam haji/umrah Setiap berada di rukun Hajar Aswad, dianjurkan memberi Isyarah dengan mengangkat tangan sambil membaca :
بِسْمِ اللهِ الله أَكْبَرُ
Bismillahi Allahu Akbar
Dengan Menyebut Nama Allah, Allah Maha Besar
Setiap sampai di rukun Yamani, dianjurkan memberi isyarah dengan mengangkat tangan sambil membaca :
بِسْمِ اللهِ الله أَكْبَرُ
Bismillahi Allahu Akbar.
Bukti Hikmah Menggerakkan Jari Dalam Sholat Terungkap Dalam Praktek Ruqyah
Dalam sholat menggerakkan jari telunjuk ketika tasyahut awal dan akhir adalah sebagai isyarah menyiksa jin.
Dari Nafi’ ia berkata “Adalah Abdullah bin Umar apabila duduk dalam shalat meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya dan berisyarat ( menggerak-gerakkan) dengan jari (telunjuknya) dan diiringi dengan penglihatannya (kejari tersebut)” kemudian berkata, bahwa Rasulullah bersabda “Jari telunjuk (yang digerak-gerakkan ketika shalat) ini benar-benar lebih keras (menyiksa) bagi syetan dari pada besi.” (Hadits Hasan, Shifatus-shalah, hal.140, al-fathur rabbani IV:15 no.7210)
‘Abdurrazzaaq rahimahullah berkata :
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الأَسْوَدِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قال: ” تَحْرِيكُ الرَّجُلِ إِصْبَعَهُ فِي الصَّلاةِ مُقْمِعَةٌ لِلشَّيْطَانِ “
Dari Ats-Tsauriy, dari ‘Utsmaan bin Al-Aswad, dari Mujaahid, ia berkata : “Seseorang yang menggerak-gerakkan jarinya ketika shalat adalah alat pemukul buat setan” [Al-Mushannafno. 3245; sanadnya shahih].
Ats-Tsauriy mempunyai mutaabi’ dari Hafsh bin Ghiyaats rahimahumallah.
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّهُ قَالَ: ” الدُّعَاءُ هَكَذَا، وَأَشَارَ بِإِصْبَعٍ وَاحِدَةٍ، مَقْمَعَةٌ لِلشَّيْطَانِ “
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari ‘Utsmaan bin Al-Aswad, dari Mujaahid, bahwasannya ia berkata : “Berdoa dengan cara begini – dan ia berisyarat dengan satu jarinya – adalah alat pemukul buat setan” [Al-Mushannaf, 2/484].
Dibawakan juga oleh Al-Baihaqiy rahimahullah, dimana ia berkata :
وَرُوِّينَا عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّهُ قَالَ: تَحْرِيكُ الرَّجُلِ أُصْبُعَهُ فِي الْجُلُوسِ فِي الصَّلاةِ مُقْمِعَةٌ لِلشَّيْطَانِ
“Dan telah diriwayatkan kepada kami dari Mujaahid, bahwasannya ia berkata : “Seseorang yang menggerak-gerakkan jarinya ketika duduk dalam shalat merupakan alat pemukul buat setan” [Al-Kubraa, 2/132].
Kita memang tidak dapat menyiksa setan dengan memukulnya langsung sebab setan kalangan jin adalah makhluk ghoib, namun kita bisa memukul jin dengan isyarah menggerakkan jari telunjuk sebab Rasulullah menjelaskan akan menyiksa setan dan pukulannya lebih keras dari besi.





                                               TEHNIK JARI TAUHID :
Persiapan dengan membaca 3 qul ditiupkan ditelapak tangan dan jari jemari tangan.
Tunjuk pasien yang lagi ketika lagi bereaksi keras dengan jari telunjuk sembari membaca ayat ruqyah dengan niat menyiksanya atau menusuknya.
Untuk sakit fisik terutama pasien akhwat yang tidak mungkin disentuh, tunjuk daerah yang sakit (seperti dada ) sembari membaca ayat ruqyah.
Jari telunjuk bisa juga menjadi sarana psy warr (perang mental) dengan menjatuhkan mental jin dengan menunjuk-nunjuk mukanya
Jari telunjuk bisa jadi isyaroh mengarahkan penyakit agar keluar dari tubuh pasien.
Selisihi cara perdukunan dalam menerapi pasien dengan tidak menggunakan telapak tangan yang digetar-getarkan jarak jauh, tidak ada pengolahan pernapasan.
Wallahu a’lam





ternyata tayangan di trans 7 tesebut beberapa penonton yang juga sahabat komunitas Ruqyah terkena efeknya


Berikut ini adalah doa kalimat tammah (Kalimat yang SEMPURNA).

Untaian doa perlindungan kepada Alloh Ta'ala dari segala kejahatan makhluk-Nya.

Misalnya saat dalam perjalanan, belum sampai pada tujuan dan harus bermalam di suatu tempat.

Jika timbul rasa was-was dalam hati, khawatir akan keselamatan diri dan harta benda yang dibawa, maka bacalah Kalimat Tammah ini sebanyak-banyaknya (atau cukup 3 kali).

InsyaAllah, aman sentosa karena perlindungan Alloh Ta'ala.
Atau saat anda merasa takut terhadap gangguan JIN jahat, atau penampakan yang menyeramkan, maka bacalah Kalimat Tammah ini.
Insya Alloh, takkan datang marabahaya dari mereka.
Bahkan JIN dapat terbakar (dengan izin Alloh) bila tetap bermaksud mengganggu...

KALIMAT TAMMAH PERTAMA

أعوذبكلمات اللّه التّامّات من شرّ ماخلق

A’uudzu bikalimaatilaahit taammati min syarri maa kholaq.

Artinya : ''Aku berlindung dengan kalimat Alloh yang Maha Sempurna dari semua kejahatan makhluk yang dijadikanNya”

KALIMAT TAMMAH KEDUA

أعوذبكلمات اللّه التّامّة من كلّ شيطان وهامّة ومن كلّ عين لامّة

A’uudzu bikalimaatillahit taammati min kulli syaithonin wa haam matin wa mingkulli ‘aiinin laammah.

Artinya : ''Aku berlindung dengan kalimat Alloh yang Maha Sempurna dari syaitan yang menggoda dan dari pandangan mata yang menyeramkan.'

KALIMAT TAMMAH KETIGA

A'uudzu biwajhillaahil kariim

 Wa bikalimaatillaahit-taammaatil latii laa yujaawizuhunna barrun wa laa faajirun

min syarri maa yanzilu minas-samaa'i

Wa min syarri maa ya'ruju fiiha

Wa min syarri maa dzaro-a fiil ardhi

Wa min syarri ma yakhruju minhaa

Wa min fitanil laili wan nahaari

Wa min thowaariqil laili wan nahaari illa thooriqon

Yathruqu bikhoirin ya Rahmaan...

Artinya : ''Aku berlindung pada Wajah Tuhan Yang Maha Mulia dan (berpegang teguh) dengan kalimat-kalimat-NYA yang sempurna yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun, baik orang yg taat maupun orang yg fasik, dari kejahatan yang turun dari langit dan kejahatan yang naik ke langit, kejahatan yang ada dimuka bumi dan kejahatan yang keluar dari bumi, kejahatan fitnah-fitnah dan peristiwa yang membawa akibat buruk yang terjadi siang dan malam, kecuali peristiwa yang membawa kebaikan, Ya Tuhan kami yang Maha Rahman (Pengasih).”

(Tulisan Arabnya lihat di foto yaa..)

Keterangan:

1.Kalimat yang sempurna : Kitab Al Qur'an yang berisi kalimat-kalimat sempurna dari Alloh.
2.Kejahatan yang turun dari langit : Bala', wabah, udara buruk, topan, petir, penyakit yang berterbangan di udara dan sebagainya.
3.Kejahatan yang naik ke langit : Catatan amal buruk yang dibawa naik oleh mailakat, iblis yang mencuri dengar berita dari langit, dsb.

4.Kejahatan yang terjadi dimuka bumi : gangguan setan jin dan manusia, binatang buas,dsb.

5.Kejahatan yang keluar dari bumi : Gempa bumi, gunung meletus, gas beracun, lumpur, binatang-binatang ganas yang keluar dari dalam bumi,dsb...

Riwayat :

Ketika Rasulullah SAW sedang dalam perjalanan israa', tercium olehnya bau harum, bau Masithah penyisir rambut anak Fir'aun.

Disitu Nabi SAW melihat Ifrit yang mengikuti dari belakang dengan obor api pembakar dan berusaha untuk membinasakan bliau.

Malaikat Jibril mengajarkan Kalimat Taammah untuk menghujam dan menghancurkan Ifrit tersebut.

Kalimat itu pun dibaca oleh Rasulullah SAW maka Ifrit tersungkur jatuh dan terbakar.(HR.Bukhari)

-Ust. Muhammad Faizar Hidayatullah-




berikut ini tehnik Jari tauhid dalam tayangan trans 7 diperagakan oleh ustad Muhammad Faizar



Ikuti pelatihannya di Surabaya 
Jadwal Pelatihan Ruqyah






Untuk pemesanan Teh Ruqyah Herbal QHI dapat anda hubungi Ruqyah Team Mojokerto

082138064460 
pin BB 24CDADD
Bp Andi

4 comments:

  1. Mohon penjelasan tentang cerita ini (ttg Rosulullah kencing berdirimohon )
    maaf ketidak tauhan saya.

    Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Abi Syaibah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Abu Waail, dari Hudzaifah, ia berkata : “Aku berjalan-jalan bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mendatangi tempat sampah suatu kaum yang ada di belakang tembok. Beliau berdiri sebagaimana berdirinya salah seorang di antara kalian, dan kemudian kencing. Lalu aku menjauh dari beliau, namun beliau berisyarat agar aku mendekat. Aku pun mendekat dan berdiri di belakang beliau hingga beliau selesai” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 225]

    ReplyDelete
  2. Kapan ada jadwal pelatihan ruqyah dengan metoda jari tauhid untuk wilayah padang atau sumatera barat ya ustadz? Mohon infonya

    ReplyDelete
  3. Kapan ada jadwal pelatihan ruqyah dengan metoda jari tauhid untuk wilayah padang atau sumatera barat ya ustadz? Mohon infonya

    ReplyDelete